THE DAY
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, hari ulang tahun Olive. Hari dimana akhirnya selesai sudah tugas Gavin untuk mendiamkan kekasihnya itu. Waktu menunjukkan tepat pukul 20.30 WIB. Sesuai janjinya dengan yang lain, Gavin langsung bergegas pergi meninggalkan apartment-nya untuk menyiapkan pesta hari ini. Selain hadiah, Gavin juga sudah menyiapkan satu restoran yang ia booking khusus untuk makan malamnya dengan Olive. Rencananya nanti ia akan datang langsung ke rumah Olive, dan beralibi sebagai kurir paket, baru setelahnya ia akan mengajak Olive untuk pergi ke restoran.
Bicara mengenai hubungannya, Gavin dan Olive sampai saat ini benar-benar menjauhkan diri masing-masing. Dengan Gavin yang patuh dengan suruhan teman-temannya, dan Olive yang terlalu malas untuk memulai obrolan dengan tanggapan yang kurang megenakan. Tak hanya dengan Gavin, Olive pun begitu dengan Isa dan Dira. Kedua sahabat yang biasanya selalu jadi tempat curhatnya, sekarang malah jadi dalang dari semuanya.
Bulan mulai menyinari seisi langit, namun sama sekali tak ada pesan berisi ucapan 'Selamat Ulang Tahun' yang Olive nanti sedari tadi. Olive kini hanya duduk manis di balkon kamar, sembari menyemili kue kering yang ia buat sendiri tadi pagi. Sesekali ia melirik ke arah ponselnya, memperhatikan layar hitam dengan harapan akan muncul satu notifikasi dari orang-orang yang ia tunggu.
Sampai akhirnya, tok.. tok.. tok.. Ketupan pintu itu terdengar berasal dari luar kamarnya. Olive bergegas pergi ke pintu, untuk memeriksa keberadaan siapa di sana. Dan, yang ia dapati adalah sang Kakak, Junior.
“Gue lupa lu ultah, maaf ya adikku. Happy birthday, Olive Eravellin kesayangannya Papa mama sama abang. Semoga apa yang disemogakan dapat tersemogakan yaa, semoga langgeng sama si ituuu hahaha. Pokoknya yang baik baik aja deh,” tuturnya lalu mencium kening sang Adik.
“Kadonya mana hahahaha?” gurau Olive, “Thanks ya, abangkuuu,” lanjut Olive sambil mengulum senyum.
“Oh iya, di bawah ada kurir noh nyariin lu,” ucap Junior.
Olive mengerutkan dahinya merasa aneh. “Perasaan, gua gak checkout barang apa-apa deh,” ucap Olive yakin tidak yakin.
“Cek dulu aja, lu kan pelupa. Abis ambil paket tidur nyenyak dah lu, good night cil,” ucap Junior sebelum akhirnya pergi meninggalkan Olive di kamarnya sendiri.
Olive mengambil cardigan merah muda, lalu langsung ia kenakan di tubuh mungilnya. Angin malam ini terasa cukup dingin, meski hanya keluar sebentar, apalagi jika hanya mengenakan kaos lengan pendek.
Olive sampai di luar rumah, dan mendapati mobil yang tidak asing baginya. Itu, mobil Gavin.
“HAH???” Ia sontak kaget, meski kata kaget itu hanya ia suarakan dalam hatinya.
Gavin keluar dari pintu bagian supir, di sana—tangan kirinya, ia membawa paper bag yang cukup besar dengan bunga adalah isinya. Tangan kanannya ia ulurkan untuk Olive. Tak pikir panjang, Olive langsung menerima uluran tangan itu lalu memeluk Gavin penuh hangat. Begitupun sebaliknya.
Di sela-sela hangatnya pelukan mereka, Gavin mengucapkan berbagai kata manis.
“For my cupcake, your love is the most precious gift in my life. I’m wishing you the happiest birthday yet! I love you on your birthday, very day, now and forever. Thank you for coming to my life, Olive.” ucap Gavin lembut—sangat lembut, sambil mengelus pucuk rambut gadisnya itu sesekali.
“Sebenernya aku masih marah, tapi KENAPA KAMU SWEET BANGET??? Jadi, aku gak jadi marah aja deh.”
Gavin tertawa. “Hahaha terserah kamu, maaf ya bub. Kemarin cuma prank, I LOVE YOU SO MUCH!”
Pelukan keduanya melonggar sedikit, lalu terlepas. Gavin memberikan bunga yang ia bawa di tangan kirinya itu, Gavin juga mengatakan mereka akan pergi makan malam hari ini.
“Eh kamu tuh sweet gini diajarin siapa deh?”
“Belajar sendiri lah,” balas Gavin dengan bangga.
“Ohh gitu ya?” Gavin mengangguk, “Kamu nih mana sweet-nya gak ada sama sekali,” protes Gavin.
“Dihhh aku sweet tau, kamu aja yang belum tau,” ucap Olive dengan nada tak terima.
“Ya udah, kasih tau aku sekarang.”
Olive menunjuk ke langit—bulan, yang berada tepat di atas bumi yang mereka pijak.
Cup.
Bukan, itu bukan panggilan dari Gavin. Melainkan satu kecupan yang mendarat tepat di pipi Gavin yang kini merona—kecupan dari gadisnya, Olive.
“CIEEEEE!!!”
“PANAS BANGET JAKARTA!!”
Segala seruan itu berasal dari sahabat Gavin dan Olive, mereka ada di sana hanya sebagai peran pendukung bagi keduanya.
Indah pada waktunya, mungkin ini kalimat yang paling tepat untuk mendefinisikan ikatan antara keduanya. Sepasang makhluk yang disatukan sebab waktu yang tak sengaja mempertemukan. Terima kasih karena tidak takut untuk mencoba mengukir kata bahagia (lagi) dengan yang lain.