Oh, di sana

Olive dengan segera langsung menutup ponselnya, sesaat melihat story Gavin yang berada tepat di satu tempat dengannya. “Kenapa dia ada dimana-mana??”

Isa menghampiri Olive, mengajaknya untuk bergabung dengan Dira yang kini tengah asik dengan stik billiard-nya. Dibandingkan dengan kedua temannya, Olive adalah yang paling lemah dalam hal berpura-pura. Wajah gelisahnya kini sangat dengan mudah terbaca, entah oleh Isa ataupun Dira.

“Lo kenapa deh?” celetuk Dira, yang lalu berhasil mencetak point. “Yessss!” lanjutnya.

“Gue?” Olive menggeleng, isyarat tidak apa-apa.

“Serius nih?” tanya Isa dengan nada menggoda.

“Gavin ada di sini juga masa, sumpah Jakarta kenapa sempit banget ya?” keluh Olive sambil memijat kecil daerah tengkuknya.

“Bukan sempit sih, tapi lu mainnya emang daerah sini-sini doang kan,” timpal Dira.

Olive mengangguk.

“By the way lu gak open pre order kue lagi kah?” tanya Isa memastikan.

“Masih lah, itu kan sumber kehidupan gue,” balas Olive.

“Akhir-akhir ini kenapa ada aja ya, gue ketemu Gavin mulu. Udah agak biasa sih, tapi taulah Gavin sweet talker, takut dikit. Ya, siapa yang gak kepincut cobaaaa? Bisa aja ada cewe lain yang kayak gue sama dia, bahkan bisa aja lebih. Ah, bisa gila gue mikirnya,” batin Olive.


Gavin dan ketiga temannya berada di lantai satu, sedangkan Olive dan kedua temannya berada di lantai dua. Yang berada di lantai satu, mayoritas perokok. Makanya, Olive memilih untuk di lantai dua.

“Olive ada di lantai dua kan? Kalo liat story-nya sih gitu,” batin Gavin.

“Gua mau ke atas dulu,” ucap Gavin lalu bergegas pergi menaiki tangga.

Gavin dengan segala rasa ingin tahu yang ada, menaiki tangga dengan harapan akan bertemu Olive. Sesampainya di atas, ternyata tak semudah itu menemukan Olive. Di sini cukup banyak orang-orang yang bergerombol.

“Mana ya dia?” batin Gavin sembari matanya mencari keberadaan Olive.

Tepat. “Oh, di sana,” ucap Gavin terdengar lega.

“Kayaknya gak usah ketemu deh, lagi seneng-seneng anaknya.”

Gavin tak henti-hentinya memasang wajah sumringah. “Cantik, selalu,” ucapnya lalu kembali turun menyusul teman-temannya lagi.