Konser Dreamweaver

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Olive, Konser The Osward. Sedari pagi yang Olive lakukan hanya memilah-milah outfit yang ingin ia kenakan nanti.

“Kenapa gue gak punya baju???” keluhnya sembari membereskan kamarnya yang layak disebut kapal pecah, karena pakaiannya ada dimana-mana.

“Gak punya baju apanya anjir? itu dua lemari lu kira isinya angin, Dek?” tegur Junior, sang Kakak.

Olive menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal. “Eh maksud gue bukan gak punya baju, Kak. Lebih tepatnya gak punya baju buat konser gitu.” Begitulah bentuk klarifikasi untuk membela dirinya.

“Sama aja, udah cepet rapi-rapi. Nanti kalo telat lu nangis lagi,” ledek Junior lalu meninggalkan sang Adik di kamarnya.

“Kampret lo—gue baik hati ke lo cuma karena lo mau nemenin gue konser,” balas Olive.

Kini Olive kembali membereskan kamarnya, sambil sesekali mengeluh kenapa gue gak punya baju? katanya. Setelah kamarnya kembali bersih dan rapi, kini waktunya Olive yang membersihkan diri di kamar mandi. 45 menit berlalu barulah Olive keluar dari tempat lembab itu. Seisi ruangan dipenuhi aroma harum mengikuti keluarnya Olive dari sana.

Olive bergegas memakai segala pakaian yang ingin ia kenakan hari ini. Hanya butuh waktu 30 menit untuk Olive berganti pakaian dan memakai sedikit make up. Dirasa sudah cukup, Olive langsung turun menyusul Junior yang tengah mengecek keadaan mobilnya. Melihat waktu yang semakin dekat, keduanya segera berpamitan dengan Papa dan Mama.

Junior lebih dulu masuk ke mobil, disusul Olive yang tengah sibuk dengan cookies-nya. Olive tipe anak yang ketika dalam perjalanan, setidaknya harus mengunyah satu makanan agar tak pusing. Makanya, hari ini ia membawa satu box berisikan beberapa cookies buatan sang Mama kemarin.


Mobil yang Junior kendarai berhenti, yang artinya mereka sudah sampai di tempat konser. Junior mencari tempat parkir yang strategis, namun mobilnya tetap aman dari panas. Dan, dapat.

“Dah?” tanya Olive, yang melihat Junior bersiap turun.

“Kalo mau konser di sini juga gapapa sebenernya,” balas Junior.

“Kak lu nyebelin banget sumpah,” keluh Olive sambil membuka pintu mobilnya.

Tak ada balasan apapun dari Junior, yang ada malah Olive ditinggal.

“KAK TUNGGUIN GUE!!!” serunya sambil berlari dari parkiran.

Sampailah keduanya di pintu masuk. Saat keduanya menunjukkan tiket yang mereka punya, bukannya mendapatkan izin masuk ke area panggung, mereka berdua malah dibawa ke suatu tempat. Yang ternyata, back stage The Osward.

“Apalagi ini tuhan??” keluh Olive.

Keduanya berada di back stage, dan Olive terkejut bukan main. “Ini saya salah tempat gak sih, Mas? Hehehe,” ucap Olive, saat melihat keberadaan Haga dan Neo di back stage.

“Gak kok, Kak. Itu tiket yang kalian bawa, tiket freepass untuk keluarga The Osward. Makanya kalian diizinkan untuk masuk ke sini, kalo begitu saya izin kembali ke sana ya, Kak.”

Neo menghampiri Olive, “Eh ini lo yang dapet tiket dari Gavin, ya?” Olive langsung mengangguk yakin.

“Ehem.. Oh jadi ini,” ledek Haga sekilas.

“Anaknya lagi di toilet, tunggu aja di sini gapapa. Btw gue Neo,” sapa Neo.

“Dikira gue stan Osward cuma tau Gavin kali ya?” batin Olive.

“Dia udah pasti kenal lu lah, kan stan The Osward,” ucap seseorang di belakang Olive.

Ia sadar, suara itu milik Gavin.

Dengan polos Junior bertanya, “Oh ini The Osward?”

“Iya bang, masa lu mau nonton konsernya tapi gak tau bandnya,” celetuk Haga seperti biasa.

“Oh iya sorry sorry, gue cuma nemenin adek gue.”

Ketiganya terkejut mendengar apa yang Junior katakan barusan. “Eh maaf bang, kirain orang nyasar,” ucap Haga lagi.

“Santai santai, gue gak makan orang.”

Gavin memperhatikan gerak-gerik Olive, “Santai aja, Liv. Yang mau tampil di panggung kan gua,” ucap Gavin. Entah mengapa, wajah Gavin sekarang lebih ceria dibandingkan dirinya yang dulu.

Manager Osward, Rafa, baru saja masuk ke back stage. Disusul Dirga, kakaknya. Rafa sedikit kebingungan melihat keberadaan Olive dan Junior. Sedangkan Dirga terkejut saat melihat keberadaan sahabatnya, Junior.

“Lah? Juju? Ngapain lu di sini anjir?” tanya Dirga heran, “Lah, Dirga?”

“Gue nemenin adek gue nonton konser,” tutur Junior.

“Anjir hoki banget ketemu di sini, terus ini lu ke back stage ngapain?” tanya Dirga sambil menghampiri kursi yang diduduki Junior.

“Adek gue dapet tiket langsung dari The Osward katanya, dikasih Gavin,” jelas Junior, Dirga langsung ber-oh ria menyadari hal itu.

“Jadi ini cewek yang lu mau kasih tiket itu, Vin?” tanya Dirga memastikan, Gavin mengangguk.

Seisi ruangan hanya menatap Dirga dan Junior bingung, kenapa tiba-tiba akrab? kata mereka.

Dirga sadar, adiknya bahkan personil The Osward dan adik Junior bingung. “Hahahah gue ngakak liat muka kalian. Junior ini temen gue dari SMP sampe SMA, intinya gitu,” singkat Dirga.

“Ohh, pantes.” celetuk Haga.


Konser akan segera dimulai.

“Liv, gak mau semangatin gue?” tanya Gavin, “Mending lu aja yang semangatin gue, Vin,” ucap Olive tak habis pikir dengan pertanyaan Gavin itu.

The Osward keluar dari back stage dan segera naik ke panggung, sedangkan Olive masuk ke dalam kerumunan Oswaver. Di sana Olive hanya sendiri, karena Junior sibuk berbincang dengan Dirga.

Lagu pertama diperdengarkan, When Roses Aren’t Red. Itu lagu debut The Osward, ciptaan ketiga personilnya. Dan lagu yang paling Olive sukai, meski semua lagu The Osward ia sukai sih.

Different isn’t always scary~

Like, when roses aren’t red~

“LIKE, WHEN ROSES AREN’T RED~” Suara itu berasal dari bawah panggung, semua Oswaver selalu ikut bernyanyi ketika The Osward membawakan lagu ini.

“WOHOOOO!!!” Tepuk tangan bergemuruh di penjuru tempat ini.

Setelah lagu itu selesai dibawakan, kini lagu kedua yang akan diperdengarkan, Love Station.

Dua lagu sudah dibawakan. Kini mereka menyempatkan diri untuk melakukan games, lalu break.